Berenang,
Itu jawabku ketika seorang gadis
manis sebelah rumah bertanya hendak kemana pagi ini. Rabu pagi adalah jadwal saya
membakar lemak plus mengolah otot-otot lengan dan perut yang mulai mengendur
seiring kemakmuran tubuh. Kebetulan pula kuliah yang biasanya mengganggu jam
tenang di pagi hari ditiadakan. Asolole pokoknya.
Segera saja ku ambil tas punggung
lusuh pemberian kakak. Sabun cair, handuk, dan kacamata renang tersimpan rapi
didalamnya. Mungkin kalian bertanya, berenang kok gak bawa celana renang? Eittss,
celana renang tentu saja sudah “terpasang manis” ditempatnya sejak dari rumah. Saya
termasuk paling malas kalau harus
memakai celana renang di ruang ganti. Selain malas antre, juga takut kalau ada
yang mengintip saat saya ganti celana (suerrr ini pernah kejadian dan membuat
saya geram).
Renang adalah olahraga kesukaan
saya setelah jogging. Biasanya saya melakukannya dalam satu paket. Usai jogging
dipagi hari berlanjut dengan renang. Setelahnya tubuh akan terasa segar, dan
diakhiri dengan bobok manis. Kalau diingat-ingat, ke-bisa-an saya berenang
karena “kecelakaan”. Waktu itu kira-kira saat duduk dibangku SD di kompleks
rumah ada fasilitas kolam renang. Saya biasanya hanya cebar cebur dipinggir
kolam. Sampai kemudian seorang teman iseng menarik saya ketengah dan sayapun
nyaris tenggelam. Akhirnya entah bagaimana, saya mengerahkan segala daya upaya
dan gaya, dan akhirnya tubuh ini bisa bergerak ke pinggir kolam. Sejak itu saya
penasaran dengan gaya yang saya praktikkan itu. Akhirnya setiap berada di kolam
renang saya akan memberanikan diri ketengah kolam dan akhirnya saya pun bisa
berenang. Tapi sampe saat ini saya belum berani langsung nyebur ke kolam kaya
para actor memperagakannya di film-film.
Pilihan tempat renang favorit saya
saat ini adalah Umbang Tirto (Kridosono), karena selain murah juga pada pagi
hari tidak terlalu rame. Makanya saya selalu memilih renang di pagi hari. Setelah
menjadi mahasiswa Kajian Budaya dan Media UGM, saya jadi suka mengamati orang-orang
yang berenang. Dari hasil pengamatan dengan metode etnografi, saya menggolongkan
ada 4 tipe perenang.
- Tipe coba-coba. Tipe ini kebanyakan merupakan orang yang hanya iseng menghabiskan waktu di kolam renang. Biasanya mereka datang sendiri atau bersama temannya lalu berendam dipinggir kolam sambil matanya mengawasi sekitar. Gerakan renangnya hanya sekedarnya saja. Ketika ada lawan jenis mereka akan bergerak, mungkin biar dikira bisa berenang. Perenang tipe coba-coba ini jika menyukai atmosfer kolam renang yang didatangi, biasanya akan kembali lagi. Pakaian renang yang digunakan terbilang agak nyeleneh. Yang cowok pake celana boxer, yang cewek pake model terusan. Kadang ada juga cowok yang pake model terusan ini.
- Tipe penggembira. Tipe ini biasanya bapak-bapak dan ibu-ibu tua usia 50 tahun ke atas. Mereka lebih banyak ngerumpi daripada berenang. Yang dirumpiin macem-macem, mulai dari teman yang pelit, sampe anak yang dapat beasiswa. Uniknya tipe penggembira ini selalu mengaitkan sesuatu hal dengan hal lain. Misal kalo A pelit, pasti dikaitkan jadi sering sakit-sakitan. Kuping saya paling cepat panas kalau ketemu tipe ini.
- Tipe atlet. Ini orang yang benar-benar menjadikan renang sebagai olahraga rutin. otot-otot tubuhny aterlihat kencang hasil dari latihan. Biasanaya orang ini tidak banyak bicara. Begitu datang langsung nyebur ke kolam dan bolak balik mengelilingi kolam setelah itu selesai. Kayaknya saya (gagal) masuk tipe ini, karena renang bagi saya hanya sekedar hobi, makanya tubuh saya juga tidak pernah atletis.
- Tipe kejang-kejang. Ini tipe perenang paling ngeselin. Mulai dari nyebur sampai berenang di kolam seperti gak peduli dengan yang lain. Yang paling ngeselin gaya renangnya itu loh, model kejang-kejang. Asal tabrak sana tabrak sini. Alhasil membuat suara yang berisik dan cipratan airnya bisa mengenai orang yang jaraknya lebih dari 2 meter. Biasanya kalo perenang tipe ini muncul, yang lain langsung berhenti dulu, memberi kesempatan pada “sejenis ikan sapu-sapu” ini untuk lewat.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar