Senin, 03 April 2017

Gejolak masa kanak-kanak

03/04/17 hari ini rasanya seperti On Fire, ada perasaan yang mengarahkan saya pada gejolak masa kanak-kanak yang selalu membuncah dalam otak saya. Ditengah derai hujan, para pengendara sepeda motor berhenti. Jalan-jalan terasa sedikit lengang. Orang-orang dewasa, nampak begitu takut dengan basah. Mereka menepi untuk berteduh. Mereka yang berpasangan pun meski tubuhnya berdekatan, hanya diam. Hujan telah membatasi gerak mereka. Tak ada gelak tawa ceria anak-anak yang begitu bahagia manakala hujan justru membasahi tubuh, Saat air pekat bercampur lumpur mengenai pakaian. Sewaktu kecil, main mandi hujan (hujan-hujanan) adalah ritual saya. Dan biasanya bapak akan memarahi saya dengan memberi hukuman. Tapi saya tak pernah kapok mengulanginya. Selalu saja ada moment untuk mengulangi ritual hujan-hujanan itu, apalgi ketika bersama teman.

Kemudian setelah memasuki jenjang SMP rasa sungkan berhujan-hujanan mulai muncul  dalam diri saya. Saat itu yang terpikir, "saya sudah bukan anak-anak lagi, malu!" atau "waduh kalau basah, bisa masuk angin deh" dua hal yang nampaknya tidak pernah terpikir di masa saya menjadi kanak-kanak. Pernah sesekali saya mencoba melepaskan  pikiran saya itu dengan nekad hujan-hujanan, dan tentu saja orang melihat saya dengan "takjub". Disini terjadi proses pemahaman yang melibatkan kuasa seperti yang disampaikan Michel Foucault tentang kekuasaan. Karena saya dewasa maka saya menilai orang dewasa dengan standar saya. Orang dewasa itu blabalabla, jadi kalau tidak blablabla maka tidak normal.

Anak-anak VS Dewasa
Sekalipun menjadi anak-anak adalah tahapan alami dalam hidup,  seringkali kita menggolongkannya sebagai hal yang terpisah dan tak berhubungan.  "ah, itu kan masa lalu, masa saya kecil dulu" demikian sering kita dnegar ketika mengingat hal-hal yang terjadi di masa kanak-kanak yang sering kita sebut "masa kegelapan" hehe...Mana ada orang yang lahir ke dunia langsung menjadi dewasa tanpa melewati fase menjadi anak-anak.Mungkin kita tak menyadari bahwa cara kita mengalami didikan orangtua akan sangat berpengaruh pada kehidupan kita di masa kini. 

Saya punya teman yang anaknya sudah kelas 5 SD. Badannya bongsor. Pada suatu ketika anak teman saya itu harus mengikuti kegiatan outing class. Setelah selesai kegiatan, ada waktu untuk masing-masing anak membersihkan diri (mandi). Saat giliran anak teman saya berada di kamar mandi, lama sekali tak terdengar suara sampai kemudian gurunya mengetuk kamar mandi. Ketika pintu dibuka, guru ini heran, mengapa sang anak di kamar mandi hanya diam, Dan jawaban yang keluar sungguh sangat menohok orang tua "saya tidak tahu bagaimana cara mandi". Jawaban yang nampaknya diluar dugaan, namun itulah yang terjadi. 

Jadi jangan sepelekan masa kanak-kanak. tapi jangan paksakan anak-anak berpikir dengan cara orang dewasa. Memang ada relasi kuasa yang dominan dari orang dewasa terhadap anak-anak. Karena anak-anak mahluk lemah, maka mudah sekali diintimidasi oleh mereka yang dewasa. Kalau kita yang  dewasa tidak mau diintimidasi, sesekali cobalah kembali ke masa kanak-kanak, dan anak-anak diberi kesempatan mengekspresikan diri secara orang dewasa. Lalu rasakan sendiri. Coba saksikan clip berikut dan pahami bagaimana orang dewasa juga perlu bertingkah seperti anak-anak, dan kalian mungkin akan terperangah ketika itu dipraktikkan. 

  

1 komentar:

  1. aku juga pernah baca kutipan yang bilang kalau karakter anak-anak yang bisa bikin hidup kita yang udah dewasa jadi lebih menyenangkan.

    BalasHapus