Apa sih cita-citamu ?
Apa impian yang ingin
kamu wujudkan dalam 15 tahun ke depan??
Pertanyaan ini bisa
jadi akan mengusik banyak orang. seringkali kita tidak terlalu peduli dengan
cita-cita, namun seiring berjalannya waktu, lambat laun, mau tidak mau kita
akan menghadapi dilema: ketika usia bertambah, lalu kamu mau jadi
apa?
Mengapa memikirkan
masa depan itu menjadi hal yang penting? karena masa depan bukanlah hal yang
datang tiba-tiba. Masa depan adalah hasil konstruksi ide dan tindakan plus
campur tangan semesta. Seperti dalam film Jurassic Park, ibarat dunia yang kita
masuki adalah wahana, maka manusia yang lengah akan tersingkir oleh buasnya
pemangsa. Tentu saja, pemangsa wujudnya bisa dalam beragam bentuk. Oleh
karena itu mempersiapkan diri itu perlu sebagai bekal menjalani hidup. Atau
jika sudah terlanjur, kita sebagai manusia perlu segera mengandalkan insting
dan akal budi, yang akan membantu memandu melewati kerasnya kehidupan.
Belajarlah dari masa
lalu agar tidak salah melangkah di masa mendatang. Demikian saran orang tua/
orang bijak.
Entah di masa
sekarang apakah masih ada orang naif yang mengatakan tidak peduli dengan masa
depan?. Dulu saya seperti itu. Saya hanya peduli dengan dunia saya, sampai
kemudian saya berhadapan dengan realita sesungguhnya. Perubahan zaman yang
membawa konsekuensi pada modernitas. Modernitas telah membawa kita pada hal-hal
diluar nalar. Ingin bisa memprediksi apa
yang akan terjadi di masa depan. Itu terjadi karena pengaruh media yang
berhasil mensimulasikan pikiran kita akan masa depan, sehingga kita pun
memiliki gambaran mental : seperti apa kita di masa depan?
Begitu takutnya kita
akan masa depan, seringkali justru membuat kita tidak berani melangkah. Untuk
membuat kita yakin dengan pilihan masa depan, kita pun sampai membutuhkan
bantuan jasa : perencana keuangan, perencana belajar, perencana pernikahan, dan
sebagainya.Seolah-olah ketika semua sudah direncanakan semua berjalan mulus.
Nyatanya?? manusia berusaha, Tuhan juga yang menentukan.
Tulisan kali ini bukan
untuk mengajak pesimis, sebaliknya mengajak memikirkan lebih dalam tujuan hidup
kita. Bahwa kita ada di dunia bukan sekedar lahir, hidup, dan mati, tetapi ada
yang lebih dari itu yakni memberi makna pada hidup kita. Makna tidak akan
terjadi tanpa ada proses pemaknaan yang mensyaratkan adanya perbuatan berpikir
dan bertindak secara konsisten. Karena itu pastikan pilihanmu.
when you want
something, the universe conspires in helping you achieve it (Paulo Coelho).
Percaya Tuhan atau tidak, mantra tersebut nyata.
Saya jadi teringat
ketika sekitar 12 tahun lalu, saat menjadi mahasiswa S1 saya punya cita-cita
menjadi jurnalis dan art worker serta memiliki bisnis sendiri (hahaha). Sambil
kuliah saya memperdalam bacaan jurnalistik dan nyambi sebagai desainer grafis
di Offset milik teman saya, berlanjut dengan membuka jasa rental komputer dan
percetakan kecil-kecilan. Sejak saat itu saya putuskan untuk tidak lagi
menerima kiriman uang bulanan dari orang tua. Semua kebutuhan hidup saya penuhi
sendiri. Singkatnya saya menjadi Boss bagi diri saya sendiri. Tapi keinginan
untuk mewujudkan impian sebagai jurnalis juga tidak serta merta padam. Setamat
kuliah saya pun mendaftar sebagai reporter di salah satu televisi swasta di
Jogjakarta, dan diterima. Suka duka sebagai jurnalis muda saya lalui, termasuk
berbagai "impossible task" yang umumnya akan ditolak oleh
teman-teman saya, tapi semua saya jalani dengan senang hati. Kehidupan
sebagai jurnalis dan art worker saling mengisi dihidup saya. Tapi pada akhirnya
saya harus memilih menitikberatkan pada bidang jurnalistik. Seiring berjalannya
waktu, saya menapaki jenjang karier sampai menjadi pemimpin redaksi di usia
masih sangat muda. Percaya atau tidak, ketika berhasil melewati satu rintangan,
akan muncul rintangan berikutnya yang tidak mudah, tapi hal itu sekaligus
menghantarkan saya pada sudut pandang yang lebih dewasa. Saya pun ingin
terus bergerak.
Panta Rhei, semua mengalir seperti air. Tak ada yang tetap kata
Filsuf Herakleitos. Ketika berada di puncak, saya merasa kejenuhan tidak bisa
menghentikan saya. Uang, sanjungan, berbagai fasilitas yang diperoleh selama
bekerja tak membuat saya bahagia, justru membuat saya bertanya lagi tentang apa
tujuan hidup dan makna kehadiran saya di dunia. Akhirnya dengan mantap saya
putuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan struktural saya, dan kembali
bernostalgia menjadi jurnalis Freelance di berbagai media sambil kuliah S2.
Kuliah lagi merupakan keinginan lama saya, namun baru bisa saya wujudkan
di tahun 2016. Jujur saya agak menyesal mengapa tidak dari dulu saya melanjutkan kuliah. Kini saya memulai lagi dari nol. Nekad? tidak, saya menyebutnya
pilihan yang memang saya inginkan. Ketika banyak orang bertanya apa tujuan
hidupmu? Maka jawabannya saya hanya ingin menjadi orang yang berguna untuk
semua orang, dengan cara saya. Saya tidak ingin hanya mencari uang namun juga berjihad
dengan ilmu saya, berbagai dan membantu banyak orang. Pada 1 januari 2017 saya mendirikan
Openspace sebagai tempat menimba, belajar, dan berbagi pengetahuan yang saya
peroleh dari semesta. Melalui Openspace saya membongkar pikiran dan kesadaran
saya dalam memahami hidup. Keinginan saya 15 tahun kedepan adalah membesarkan
Openspace sebagai cara saya menjadi orang yang merdeka dan berguna. That’s I
want to be (that) I wannabe. May God Blessed!!
Pembela Tanah Air,
Jogja
04 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar