Selasa, 04 April 2017

I want to be (that) I wannabe

Apa sih cita-citamu ?
Apa impian yang ingin kamu wujudkan  dalam 15 tahun ke depan??
Pertanyaan ini bisa jadi akan mengusik banyak orang. seringkali kita tidak terlalu peduli dengan cita-cita, namun seiring berjalannya waktu, lambat laun, mau tidak mau kita akan menghadapi dilema: ketika usia  bertambah, lalu  kamu mau jadi apa?

Mengapa memikirkan masa depan itu menjadi hal yang penting? karena masa depan bukanlah hal yang datang tiba-tiba. Masa depan adalah hasil konstruksi ide dan tindakan plus campur tangan semesta. Seperti dalam film Jurassic Park, ibarat dunia yang kita masuki adalah wahana, maka manusia yang lengah akan tersingkir oleh buasnya pemangsa. Tentu saja, pemangsa  wujudnya bisa dalam beragam bentuk. Oleh karena itu mempersiapkan diri itu perlu sebagai bekal menjalani hidup. Atau jika sudah terlanjur, kita sebagai manusia perlu segera mengandalkan insting dan akal budi, yang akan membantu memandu melewati kerasnya kehidupan.

Belajarlah dari masa lalu agar tidak salah melangkah di masa mendatang. Demikian saran orang tua/ orang bijak. 
Entah di masa sekarang apakah masih ada orang naif yang mengatakan tidak peduli dengan masa depan?. Dulu saya seperti itu. Saya hanya peduli dengan dunia saya, sampai kemudian saya berhadapan dengan realita sesungguhnya. Perubahan zaman yang membawa konsekuensi pada modernitas. Modernitas telah membawa kita pada hal-hal diluar nalar. Ingin  bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Itu terjadi karena pengaruh media yang berhasil mensimulasikan pikiran kita akan masa depan, sehingga kita pun memiliki gambaran mental : seperti apa kita di masa depan?  

Begitu takutnya kita akan masa depan, seringkali justru membuat kita tidak berani melangkah. Untuk membuat kita yakin dengan pilihan masa depan, kita pun sampai membutuhkan bantuan jasa : perencana keuangan, perencana belajar, perencana pernikahan, dan sebagainya.Seolah-olah ketika semua sudah direncanakan semua berjalan mulus. Nyatanya?? manusia berusaha, Tuhan juga yang menentukan.

Tulisan kali ini bukan untuk mengajak pesimis, sebaliknya mengajak memikirkan lebih dalam tujuan hidup kita. Bahwa kita ada di dunia bukan sekedar lahir, hidup, dan mati, tetapi ada yang lebih dari itu yakni memberi makna pada hidup kita. Makna tidak akan terjadi tanpa ada proses pemaknaan yang mensyaratkan adanya perbuatan berpikir dan bertindak secara konsisten. Karena itu pastikan pilihanmu.  

when you want something, the universe conspires in helping you achieve it (Paulo Coelho). Percaya Tuhan atau tidak, mantra tersebut nyata.
Saya jadi teringat ketika sekitar 12 tahun lalu, saat menjadi mahasiswa S1 saya punya cita-cita menjadi jurnalis dan art worker serta memiliki bisnis sendiri (hahaha). Sambil kuliah saya memperdalam bacaan jurnalistik dan nyambi sebagai desainer grafis di Offset milik teman saya, berlanjut dengan membuka jasa rental komputer dan percetakan kecil-kecilan. Sejak saat itu saya putuskan untuk tidak lagi menerima kiriman uang bulanan dari orang tua. Semua kebutuhan hidup saya penuhi sendiri. Singkatnya saya menjadi Boss bagi diri saya sendiri. Tapi keinginan untuk mewujudkan impian sebagai jurnalis juga tidak serta merta padam. Setamat kuliah saya pun mendaftar sebagai reporter di salah satu televisi swasta di Jogjakarta, dan diterima. Suka duka sebagai jurnalis muda saya lalui, termasuk berbagai "impossible task"  yang umumnya akan ditolak oleh teman-teman saya, tapi semua saya jalani dengan senang hati.  Kehidupan sebagai jurnalis dan art worker saling mengisi dihidup saya. Tapi pada akhirnya saya harus memilih menitikberatkan pada bidang jurnalistik. Seiring berjalannya waktu, saya menapaki jenjang karier sampai menjadi pemimpin redaksi di usia masih sangat muda. Percaya atau tidak, ketika berhasil melewati satu rintangan, akan muncul rintangan berikutnya yang tidak mudah, tapi hal itu sekaligus menghantarkan saya  pada sudut pandang yang lebih dewasa. Saya pun ingin terus bergerak.

Panta Rhei, semua mengalir seperti air. Tak ada yang tetap kata Filsuf Herakleitos. Ketika berada di puncak, saya merasa kejenuhan tidak bisa menghentikan saya. Uang, sanjungan, berbagai fasilitas yang diperoleh selama bekerja tak membuat saya bahagia, justru membuat saya bertanya lagi tentang apa tujuan hidup dan makna kehadiran saya di dunia. Akhirnya dengan mantap saya putuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan struktural saya, dan kembali bernostalgia menjadi jurnalis Freelance di berbagai media sambil kuliah S2.  Kuliah lagi merupakan keinginan lama saya, namun baru bisa saya wujudkan di tahun 2016. Jujur saya agak menyesal mengapa tidak dari dulu saya melanjutkan kuliah. Kini saya memulai lagi dari nol. Nekad? tidak, saya menyebutnya pilihan yang memang saya inginkan. Ketika banyak orang bertanya apa tujuan hidupmu? Maka jawabannya saya hanya ingin menjadi orang yang berguna untuk semua orang, dengan cara saya. Saya tidak ingin hanya mencari uang namun juga berjihad dengan ilmu saya, berbagai dan membantu banyak orang. Pada 1 januari 2017 saya mendirikan Openspace sebagai tempat menimba, belajar, dan berbagi pengetahuan yang saya peroleh dari semesta. Melalui Openspace saya membongkar pikiran dan kesadaran saya dalam memahami hidup. Keinginan saya 15 tahun kedepan adalah membesarkan Openspace sebagai cara saya menjadi orang yang merdeka dan berguna. That’s I want to be (that) I wannabe. May God Blessed!!

Pembela Tanah Air, Jogja
04 April 2017




Tidak ada komentar:

Posting Komentar