Jumat, 01 Desember 2017

Bahasa Indonesia itu....


Meski banyak yang bilang bahasa Indonesia itu sulit tapi saya tetap lebih suka bahasa Indonesia dari pada bahasa lain yang saya kuasai...
#cintaibahasaindonesia

Kamis, 30 November 2017

Sekaten

Sumber :Kaskus.co.id

Malam ini saya ingin menutup bulan November dengan mencoba flash back ke masa ABG. Menonton pasar malam Sekaten. Sempat was-was kalau-kalau turun hujan deras, maka saya berangkat ke alun-alun utara setelah maghrib. Ternyata ribuan orang memiliki rencana yang sama dengan saya. Alhasil di sepanjang Jl. Nyi Ahmad Dahlan  sampai kawasan titik nol kilometer terjadi kemacetan panjang. Untungnya cuaca malam ini sedang bersahabat. Saya pun tak menyia-nyiakan menjajal sejumlah wahana permainan. Mulai dari wahana: rumah (gak) berhantu, komidi (bukan) putar. perahu (kok kaya) kora-kora, sampai biang(ane) lala. 
Permainan-permainan tersebut di masyarakat kita  disebut permainan tradisional, tapi menurut saya mainan-mainan tersebut banyak mengadopsi  permainan-permainan sirkus di negara barat. Namun bagi saya merasakan sekaten sesungguhnya adalah kalau melihat mainan kapal othok-othok, mancing ikan plastik, dan penjual jajanan "endog abang". Sayang sekali kehadiran mereka mereka tak mencolok, bahkan seakan kalah dari stand-stand dengan modal besar yang ada di setiap gelaran sekaten. Kecuali jika ada orang-orang yang memang berhasrat "mencari" 3 hal unik ini.    
Nah, jika kalian belum sempat menyaksikan pasar malam sekaten, sebenarnya sekaten akan berakhir pada 1 Desember 2017 bersamaan dengan digelarnya garebeg sekaten. Tapi biasanya Pemkot Jogja memberi toleransi hingga hari Minggu agar masyarakat yang belum sempat ke sekaten bisa memanfaatkan perpanjangan waktu yang diberikan. Dan tentu saja perpanjangan waktu ini diharapkan akan menambah pendapatan dari para pemilik stand di sekaten dari banyaknya pengunjung yang datang. Oya, bagi kalian para pendatang atau warga Jogja yang penasaran ingin menyaksikan garebeg sekaten atau adapula yang menyebutnya garebeg mulud, jangan lupa untuk menyaksikannya besok Jumat (10/12/17) mulai pukul 10.00 WIB. Kalian akan menyaksikan bagaiman orang-orang akan saling berebut mendapatkan bagian gunungan yang dimitoskan sebagai sedekah raja pada rakyatnya.

Rabu, 29 November 2017

Komedian itu jenius



Sumber : No film school.com

Penderitaanku mungkin membuat orang lain tertawa. Tapi tertawaku bukanlah karena penderitaan orang lain (Charlie Caplin, 1889 -1977)

Seorang (yang berani mengaku) komedian adalah orang jenius. Jenius karena untuk membuat orang lain tertawa, Ia harus bisa menertawakan dirinya sendiri.
Coba lihat bagaimana Charlie Capline menghibur penontonnya dengan membangun alur cerita sederhana tapi sulit ditebak. Baik dalam film durasi pendek maupun panjang Caplin sangat piawai membawakan materi yang cukup berat di zamannya mnejadi pesan yang mudah dicerna. Mungkin karena Caplin fokus pada pesan yang ingin disampaikan dan menggunakan media silent film (film bisu). Yang saya tau Caplin memang konsisten di genre silent film, meski sebenarnya sejak tahun 1927 film bersuara sudah banyak di produksi. Tapi itulah yang membuat Caplin berbeda dan menjadi legenda. Coba tonton  Caplin di film Moderen Times (1936) yang bercerita dampak hadirnya industrialisasi dalam kehidupan manusia. Atau film Great Dicatator (1940) dimana Caplin memerankan 2 tokoh sekaligus, yakni prajurit sekaligus tukang cukur Yahudi dan "Adenoid Hynkel". Film ini merupakan kritik terhadap  Adolf Hitler dan Nazi.


Sumber : jakarta.go.id

Di Indonesia juga ada beberapa komedian jenius. Salah satunya Bagio (1933-1993). Jebolan  FH UGM ini memilih profesi komedian daripada menjadi pengacara karena lebih tertarik menghibur orang daripada "menakuti" orang. Karena itu Bagio selalu melawak dengan gaya halus namun serius. Kekocakannya karena Bagio mampu membangun kelucuan dengan menjadikan dirinya bahan tertawaan  daripada menertawakan orang lain. Meski begitu bahan lelucon yang dibawakan Bagio sebenarna cukup berat bahkan seringkali merupakan sindiran atas fenomena di masyarakat dan kritikan terhadap pemerintah. Salah satu film yang melambungkan namanya adalah Boss Bagio Dalam Gembong Ibukota (1976).
Ditengah maraknya tayangan hiburan saat ini, ada baiknya mereka yang mengaku komedian atau hendak menjadi komedian belajar dari 2 legenda ini

Selasa, 28 November 2017

Hujan & Bencana




Salah satu foto dari grup WA tentang banjir dan longsor di Yogyakarta 28/11/2017

Hari ini benar-benar luar biasa
Tiga hari berturut-turut hujan tanpa jeda
Dimana-mana yang terdengar bencana
Kakek, anak dan cucu meregang nyawa

Beristirahatlah dengan tenang jiwa-jiwa yang terlepas dari raga
Semoga kita masih memiliki hati untuk sesama
Meski hanya dalam doa


**RIP untuk para korban meninggal akibat banjir dan longsor

Senin, 27 November 2017

Tentang Barista Cewek




Dulu saya tak pernah membayangkan kalau di Jogja akan ada barista cewek. Maklum saja dari sekian coffee shop yang pernah saya kunjungi, pembuat dan penyaji kopinya semua laki-laki. Kalaupun ketemu cewek di situ ya mereka memang pelanggan di coffee shop itu, atau kalau enggak ya teman perempuan dari si barista cowok. 
Dulu kalau melihat  mahluk wanita ada di coffee shop ibarat"gula" dalam kopi. Menghilangkan rasa pahit kopi sekaligus mengacaukan rasa kopi yang otentik. Namun kini wanita bukan hanya menjadi konsumen coffee shop melainkan barista nya. Tentu ini hal bagus karena akan mendorong tumbuh dan berkembangnya bisnis per-kopi-an di Indonesia. Meski barista cewek kini  mulai bermunculan dengan kreativitas masing-masing, tapi menurut saya belum bisa "menggantikan" barista cowok. Mungkin saja saya salah karena menggeneralisir.
Ada dua hal terkait pendapat saya itu. Pertama, Barista lebih dari sekedar pembuat dan penyaji kopi. Barista adalah seniman!.  Setidaknya ada dua coffee shop yang ketika saya kunjungi bertemu dengan seorang wanita berkostum barista. Yakni di coffee shop sekitar Tugu dan di Jl. Suryodiningratan.Tapi sejujurnya saya juga  ragu apakah wanita tersebut merupakan barista. Karena meski cewek tersebut memakai apron khas barista yang saya lihat ia hanya menjadi pengantar kopi pesanan saja. Sementara yang meracik dan mengolah kopi tetap cowok. Mungkin saja waktu saya datang "barista cewek"  tersebut lagi malas ngeliat saya jadi gak mau unjuk kebolehan di depan saya.
hmmm...

Kedua, Barista adalah pekerjaan profesional yang membutuhkan pengetahuan dan dedikasi. Beberapa kali saat mengunjungi  festival kopi saya melihat cewek yang menggunakan apron khas barista tapi minim pengetahuan tentang kopi. Sederhana saja misalnya saat ditanya, mengapa suhu ideal menyeduh kopi harus dibawah 90 derajat celcius? eh jawabannya malah nge-les dan dianya malah bertanya ke rekannya yang barista cowok. Mungkin saja barista cewek itu baru belajar.
Tetapi pemandangan yang saya amati di festival kopi sepertinya beberapa booth coffee shop sengaja memajang "barista cewek" hanya untuk menarik perhatian pengunjung agar datang. selanjutnya ya barista cowok yang melayani. Saya jadi berpikir jangan-jangan   barista cewek hanya menjadi  korban eksploitasi dari si pemilik coffe shop untuk menarik pengunjung yang ujung-ujungnya supaya pengunjung membeli kopi di coffee shop tersebut.

Wallahu a'lam

Minggu, 26 November 2017

Gunungan

Salah satu bentuk gunungan 


Pernah dengar kata gunungan?
Dalam masyarakat Jawa, Kata ini merujuk pada berbagai hasil bumi yang disusun sedemikian rupa menyerupai bentuk gunung. Dalam budaya Jawa, gunung memiliki makna simbolik tentang semakin tingginya kesadaran diri manusia. Pada zaman dahulu tempat-tempat pemujaan banyak didirikan dipegunungan. Bagi yang ingin mencari ketenangan dan ketentraman pun menyepi di atas gunung. Itu sebabnya di akhir pementasan wayang kulit diakhiri dengan tancep kayon berbentuk gunungan. Yakni selain sebagai tanda bahwa pertunjukan telah usai, juga manusia (penonton wayang) memiliki pemahaman pada kesadaran hidup yang lebih baik. Pementasan wayang adalah gambaran “buwana alit” sedangkan hidup yang dijalani manusia adalah “buwana ageng”.
Gunungan selalu dihadirkan dalam kegiatan budaya di Yogyakarta. Jika dahulu gunungan biasanya tebuat dari aneka sayur-sayuran, kini banyak gunungan menggunakan makanan yang sudah jadi. Beberapa bentuk gunungan yang pernah saya lihat adalah gunungan bakpia, gunungan apem, gunungan buku, gunungan dompet, dan gunungan jajanan pasar. Meski bahan pembuatnya beda, namun bentuknya selalu sama, yakni menyerupai kerucut.
Penggunaan bahan gunungan sejatinya tergantung pada bentuk hajatan yang digelar. Misal saja gunungan buku yang dibagikan pada hari pendidikan 2 Mei, atau gunungan jajanan pasar dalam rangka kirab lor negoro, di kampung kricak, Tegalrejo, Kota Jogja yang saya saksikan pada hari Minggu ini.
Gunungan selalu menarik banyak orang untuk hadir di acara tersebut. Selain petugas yang membawa gunungan, banyak masyarakat yang berjalan di belakang kirab gunungan. Menunggu kapan gunungan akan di bagikan, atau lebih tepatnya diperebutkan. Disitulah daya “magis” gunungan.
Mengapa orang-orang mau berebut gunungan salah satunya karena mitos yang dibangun dalam wacana gunungan. Bagi orang Jawa, apabila bisa mengadakan suatu hajatan besar maka diangap memiliki status sosial yang lebih tinggi. Lalu bagi mereka yang mendapat undangan hajatan akan merasa senang karena “diuwongke”. Dan ketika diundang dalam sebuah hajatan pastilah mendapat jamuan. Gunungan juga menjadi semacam jamuan. Karena jumlahnya sedikit maka ia menjadi istimewa. Karena istimewa ia lalu diperebutkan. Dan Ketika berhasil mendapatkan gunungan maka muncullah rasa bangga karena menjadi penanda kekuasaan, telah berhasil mengalahkan yang lain.
Yang paling menarik saat berebut gunungan tak ada lagi teman, mana anak-anak ataupun  orang tua. Semua akan mengerahkan segala upaya untuk mendapat bagian gunungan. Saling sikut, injak menjadi tontonan  bagi si pemilik hajat. Sungguh suatu pencerahan akan "makna gunungan" yang sebenarnya. Mungkin itulah gambaran mengapa kita selalu tertarik menjadi berkuasa.

Slurrppp, ahhhhh....Bab I Tesis saya selesai

Sabtu, 25 November 2017

Mitos Micin

Entah mengapa setiap mendengar kata micin,vetsin, MSG  ada kesan yang tidak mengenakkan di otak saya. Mungkin karena selama ini saya tidak suka makanan yang mengandung micin, ditambah minimnya pengetahuan saya tentang micin. Sejak kecil setiap saya memakan makanan yang mengandung Mononatrium Sodium Glutamat (MSG) yang tersisa kemudian  adalah lidah terasa kaku, pusing dan mual. Dari situ saya berasumsi tubuh saya tidak cocok dengan makanan mengandung MSG. Karenanya sekitar 20 tahun terakhir saya cenderung menghindari atau mengurangi konsumsi MSG pada hidangan yang saya makan. Kalaupun terlanjur mengonsumsi dan tubuh mulai bereaksi saya akan menetralisir dengan minum banyak air putih atau makan buah-buahan.
Meski kini telah ada penelitian terbaru tentang MSG yang menyebutkan MSG bermanfaat bagi tubuh selama tidak dikonsumsi berlebihan, saya tetap tak percaya beitu saja. Pasalnya saya tetap tidak bisa menyantap makanan kesukaan saya  seperti bakso atau mie ayam ber-MSG. Yang saya khawatir jangan-jangan saya selama ini telah menjadi korban dari wacana  kesehatan yang sudah menyelinap di kesadaran saya...wuidihhhh...
Dari sudut pandang ekonomi politik, kalau saja ada satu juta orang  yang tidak suka menggunakan micin mungkin akan membuat perusahaan pembuat MSG was-was. Lalu kalau yang tidak suka micin bertambah 10 juta orang maka perusahaan pembuat MSG akan kelimpungan bagaimana memasarkan produknya. JIka bertambah menjadi 100 juta orang yang tidak suka micin maka dijamin perusahaan pembuat MSG akan bankrut!! itu analisa dangkal saya.
Sekedar iseng googling ternyata ada 13 pabrik pembuat MSG di Indonesia. Studi yang dilakukan MARS tahun 2014 menyebutkan selama  6 tahun terakhir produksi aktual MSG di Indonesia terus meningkat dengan average growth 9,1 % per tahun. diikuti pula dnegan business value MSG di Indonesia dari Rp. 3,36 triliun tahun 2008 menjadi Rp. 6,61 triliun di tahun 2013. Sudah pasti penyerap MSG terbesar adalah industri kuliner dan keluarga.
Masuk akal kalau kini industri kuliner tumbuh subur dengan menawarkan makanan dengan rasa sedap gurih plus  tambahan perisa lainnya berbumbu MSG.  Karena dengan menambahkan MSG semua makanan menjadi sedap gurih apalagi dengan takaran yang pas, puluhan hingga ratusan mangkuk bakso/ mie ayam, akan memiliki rasa yang sama. Artinya untuk mendapatkan keuntungan besar tidak perlu menambah daging  karena akan  menambah mahal biaya untuk menciptakan rasa sedap gurih. Cukup gunakan bumbu sintetik MSg maka rasa dijamin  identik.
Kita tahu MSG adalah penyedap rasa buatan (sintetik) dari  glutamat. Glutamat adalah asam amino pembentuk protein. Zat ini tidak dihasilkan sendiri oleh tubuh, namun didapat dari bahan-bahan alami yang biasa digunakan sebagai penyedap makanan seperti daging, jamur, tomat, dan lain sebagainya.
Industrialisasi telah menempatkan MSG sebagai wacana seksi untuk tumbuh dan berkembangnya kapitalisme. Di satu sisi Soft Capitalism dengan  mengklaim tidak menggunakan MSG produk makanan dianggap lebih sehat. Klaim ini bisa membahayakan "nasib" pabrik pembuat MSG. Maka dimunculkanlah  wacana tandingan : MSG memiliki manfaat bagi kesehatan  oleh Hard Capitalism .
Kini istilah micin  digunakan untuk menyindir atau mengkritik pihak lain, khususnya  para generasi milenial yang hidup di era serba instan. Generasi milenial sering disebut generasi micin karena dianggap malas berpikir. Ibarat memberi micin yang harganya murah pada masakan, maka masakan menjadi sedap gurih. Lalu bagaimana dengan otak generasi milenial? apakah otomatis menjadi bodoh? Jika penelitian terbaru tentang micin menyebutkan micin membuat otak menjadi pintar kira-kira wacana tandingan apalagi yang akan ditampilkan?? Wacana benar atau salah tentang micin akan terus bertarung.  Maka silahkan dipilih sendiri. Bakso atau mie ayam kesukaan mu mau pake micin atau tidak??.

Jumat, 24 November 2017

(komunitas) Kita Memang Beda

salah satu penampilan komunitas di Festival Jogja Gumregah

selagi kau hidup di dunia
teruslah berbuat baik untuk sesama
kita memang beda
kita tak sama
tapi itu yang mewarnai jogja

itulah sebait lagu yang di bawakan salah satu pengisi Festival Jogja Gumregah, Jumat Malam. Hujan deras yang mengguyur sampai detik ini tak menyurutkan masyarakat untuk hadir dilokasi yang berdekatan dnegan tempuran (pertemuan) Sungai Winongo dan Sungai Bedog. Merka hadir kaerna merasa sebagai bagian dari komunitas.
Memang tepat jika ada yang bilang Yogyakarta adalah gudangnya komunitas. Mungkin kalau dihitung jumlahnya mencapai 100 lebih. Malam ini saja tercatat ada 30 komunitas yang hadir meramaikan Festival Jogja Gumregah yang digelar di Sanggar Bambu, Tirtonirmolo, Bantul.
komunitas adalah nafasnya Jogja. Di komunitas ini manusia-manusia membentuk kelompok untuk menyatakan identitas mereka. Komunitas mereka pun begitu cair. Ada yang bergabung di komunitas Nyah Nyoh sekaligus di Komunitas Jogja Berkebun. Ada yang bergabung di komunitas Sepeda Motor sekaligus anggota  Komunitas Sepeda Onthel,  dan masih banyak lagi. Kalaupun malam ini mereka diminta berbagi pengalaman di komunitas yang diikuti, mereka dengan fasih bertukar posisi dari seorang pecinta sepeda motor di satu waktu sekaligus menjadi pecinta sepeda motor di waktu bersamaan. 
Yang paling saya salut dengan komunitas di Jogja adalah rasa kekeluargaan diantara mereka. Hal paling terasa adalah jika bertemu. Biasanya mereka akan menyambut kedatangan tamu dnegan hangat, kemudian menjamu dengan wedangan (minuman) dan ngobrol dengan ditemani camikan (camilan) dan selanjutnya berlanjut dengan mengajak kita makan besar. Tak peduli apakah mereka punya uang atau tidak, apakah harus ngutang dahulu atau tidak yang penting tamu yang datang dianggap sebagai saudara.
Festival Jogja Gumregah mengajak masyarakat untuk memahami bahwa kita  tidak bisa hidup sendiri. Kita selalu hidup berdampingan dengan orang lain, suka maupun tidak. Maka dari itu pesan dari kegiatan ini: berbuatlah baik untuk sesama. Adanya komunitas menjadi medium bagi warga (anggotanya) untuk mengaktualisasikan diri kepada sesama. Menemukan makna hidup. Dan makna hidup itu mereka resapi sebagai kemauan untuk berbagi, walaupun caranya mungkin agak aneh. Misal saja ketika bertemu dnegan sesama anggota komunitas panggilan seperti "celeng", "asu" atau "jancuk" justru menjadi lebih bermakna dari pada penggunaan kata kowe, "dab" misalnya. Dan di komunitas itu orang yang dipanggil dengan sebutan celeng dan "teman-temannya"  pun juga tak marah.
Itulah yang kadnag membuat saya selalu rindu dengan suasana Yogyakarta. Yaitu selalu ada cara lain memandang dunia yang selama ini kita lihat hanya sebagai hitam dan putih.   

.......
kita memang beda
kita tak sama
tapi itu yang mewarnai jogja


Kamis, 23 November 2017

Gabung

Mungkin sampai saat ini sebagian orang Indonesia masih menganggap musik dangdut sebagai musik masyarakat kelas bawah.  Tapi nyatanya penyuka dangdut kini juga telah menjangkau masyarakat kelas atas.
Berlagak sinis manakala melihat pinggul bergoyang, tapi dalam hati senang.

Mungkin sebagian masyarakat Indonesia lainnya lebih suka K-Pop agar dibilang  sebagai kids zaman now.  Tidak ngerti lagunya tentang apa yang penting pinggul bergoyang, tangan mengepal biar tidak dianggap ketinggalan zaman.

Daripada malu disebut penyuka musik dangdut, namun juga tidak paham lagu K-pop. Lebih baik gabungkan saja dua musik itu menjadi irama : Mi – sol – do – la – do (tinggi)
                                                   Fa – la – si – sol – do (tinggi) – re (tinggi) – do (tinggi)


Hasilnya di jamin : super-duper-yummy.
Semua suka dan enggak perlu malu-malu lagi.

Rabu, 22 November 2017

"operasi kecil" Miko




Gambar 1: Perjuangan Menaklukkan Miko

Sore tadi saya melakukan hal yang cukup menegangkan. Melakukan "operasi kecil"  Miko, anjing saya. Gara-garanya  kemarin malam saya memberi Miko  sate usus yang saya beli di angkringan. Rupanya setelah memakan sate, rasa penasaran dan usil (mungkin)  menghampiri dia. Alhasil tusuk sate juga  "kremus' Miko. Sampai siang tadi baru saya tahu kalau sebilah  tusuk sate berukuran sekitar 5 cm tersangkut diantara gigi geraham kanan dan kiri bagian atas. akibatnya tusuk sate itu berada di ditengah langit-langit mulut Miko. Ia pun jadi tidak bisa makan. 
Orang satu rumah sampai panik melihat kondisi Miko. Apalagi saat mulutnya dipegang, Miko akan berontak mungkin karena kesakitan. Karena kasihan saya pun mencoba mengeluarkan tusuk sate yang tersangkut di langit-langit mulut Miko itu. Tahu mulutnya akan diotak atik, Miko segera bereaksi menggigit dan mencakar. Mungkin Ia panik tak percaya dengan saya apakah bisa mengeluarkan tusuk sate yang menyiksa dimulutnya itu. 
Untuk menenangkan Miko, saya elus-elus kepalanya lalu saya ajak ngobrol. Memang Miko yang tanggal 25 November nanti tepat berusia 2 tahun, anjing yang manja dengan saya. Sampai-sampai tetangga saya  menyebutnya "si  anak papah". Miko yang merupakan hasil perkawinan antara anjing lokal dengan jenis border collie memang sangat  nurut dengan saya.  Nah, setelah saya ajak ngobrol, Miko kemudian agak tenang dan mulutnya mau terbuka. Lalu dengan sigap jari saya menggerakkan sedikit tusuk sate tersebut. Lalu Miko dengan gaya seperti tersedak segera mengeluarkan tusuk sate yang "bersarang" dimulutnya itu. Good Job boy!!

Puji Tuhan, Alhamdulilah berhasil. Setelah operasi kecil yang sukses itu Miko segera saya beri hadiah  roti pisang kesukaannya. Sambil saya elus kepalanya, saya bisiki dia: "kwe ki ncen asu ko.. Mulano ojo ndlildhig". 
fiuhh...Miko...Miko. 

Gambar 2 : Sebilah tusuk sate yang tersangkut di langit-langit mulut Miko berhasil dikeluarkan 


pesan saya, Buat kalian yang punya hewan peliharaan, pastikan  hewan yang kalian punya dirawat dengan baik ya.  

Selasa, 21 November 2017

Youtube: Teman ataukah Lawan Televisi??

sumber : creatoracademy.youtube.com

Ketika disodori tema tentang Youtube oleh mimincuu BBKU, saya jadi teringat percakapan saya dengan salah seorang mahasiswa tempo hari. Kira-kira begini obrolannya.

Mh      : Mas masa depan TV masih prospektif gak?
Me    : TV masih prospektif jika kita memandangnya dengan cara yang berbeda. TV jangan hanya dilihat sebagai “mesin kotak” yang menunggu ditonton.
Mh      : Maksudnya?
Me    : Era TV konvensional sudah lewat. Kalo mau tetap dapat penonton ya TV harus bisa kreatif menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Misalnya terkoneksi dengan smart phone. Karena masyarakat kita sekarang lebih familiar dengan hape daripada dengan kotak TV.
Mh      : Gak takut kalah saing sama Youtube?
Me    : Bagaimana kalau antara TV dan Youtube terintegrasi?? Semua akan ada eranya. Media dengan format audio-visual pasti tetap memiliki tempat di hati segmennya masing-masing.

Mohon maaf kalo jawaban saya rada sok tau. Tapi harus diakui, jumlah penonton TV sejak 3 tahun terakhir jauh menurun. Mengutip laman republika.co.id tanggal 13 Januari 2017 tentang nasib Televisi di era Internet, Survei yang dilakukan Nielsen Media Research di 11 kota di Indonesia akhir tahun 2016  menunjukkan penonton televisi tradisional mencapai puncaknya pada 2009-2010. Itulah kejayaan televisi konvensional sejak tahun 1949. Survey dilakukan Nielsen pada responden usia 18-34 tahun.
Dari hasil survey tersebut di antara responden usia 18 sampai 34 tahun, penggunaan smartphone, tablet, dan perangkat yang terhubung dengan TV seperti streaming atau game konsol meningkat lebih dari 25 persen. Sedangkan kegiatan menonton televisi turuun 10 persen.
Nielsen menyebut banyak orang yang kini menggantikan kebiasaan menonton televisi atau mendengarkan radio melalui perangkat konvensional dan berganti dengan penggunaan layanan streaming seperti Netflix, perangkat mobile, dan layanan web seperti YouTube.

Tapi apakah Youtube akan menggantikan televisi?
Cassey Neistat seorang Youtuber asal AS, dalam wawancara dengan Kompas Tekno awal Oktober lalu mengaku masih optimis dan merasa TV akan terus ada. Hanya saja, menurut Neistat, batas-batas antara TV dan YouTube akan semakin kabur. Tentu saja karena perubahan budaya di masyarakat seiring bergantinya generasi.

Ya begitulah, Youtube dengan tag line nya : Broadcast Yourself pada awalnya memang merupakan medium untuk sharing file. Karena mampu menayangkan file dalam format audio-visual, plus terdokumentasi baik, menjadikan Youtube booming. Beda sekali dengan televisi konvensional yang hanya sekali tayang langsung berlalu. Begitu diunggah di Youtube, kita masih bisa menikmati file tersebut berulang-ulang selama belum diblock/dihapus oleh admin Youtube. Inilah gejala awal yang membuat Youtube makin tenar. Karena itu banyak hasil rekaman televisi yang kemudian di unggah di Youtube.
Kini Youtube telah memiliki fasilitas channel yang memungkinkan Youtubers memiliki kanal siaran pribadi. Bahkan ada yang menggunakan Youtube untuk melakukan siaran live!, Persis seperti TV (yang selama ini kita kenal) kan? Makanya jangan heran kalau di Youtube ada banyak channel dengan embel-embel TV dibelakangnya. Salah duanya Kresna TV (ehemm) dan Inahealth TV. Yang terakhir ini TV seputar informasi kesehatan yang digarap oleh FK UGM.
 Ken Auletta dalam artikel berjudul : Outside the Box: The Future of Television (2014) menulis bahwa nasib industri televisi lebih baik dibandingkan dengan musik dan suratkabar. Dalam industri musik dan suratkabar, platform digital cenderung menghilangkan platform lama. Sementara dalam industri televisi, platform lama dan baru tidak saling meniadakan. Setidaknya belum.

Balik lagi apakah channel-channel TV yang ada sekarang akan bertahan? Sekali lagi jawabannya tergantung kreativitas pengelola TV itu sendiri sebagai penyedia content di Youtube. Jika mampu membuat content yang atraktif, memikat, dan berguna maka akan menarik penonton. Sebaliknya yang monoton akan ditinggalkan penonton.

Minggu, 19 November 2017

APILL






sumber :prokal.co

Anak      : Pak kok kita nggak terus aja??
Bapak    : Lah itu ada tulisannya belok kiri ikuti APILL
Anak      : Lha tapi kok yang lain terus??
Bapak    : Mereka tidak patuh pada aturan
Saya yang berada disamping sepeda motor bapak dan anak itu jadi termangu. Lantaran sebelumnya saya punya niat menerobos lampu merah. Malu, udah segede gini tidak taat aturan lalu lintas.
Benar saja setelah lampu hijau menyala tak berapa jauh dari traffic light tadi terjadi kekacauan lalu lintas. penyebabnya  di penggal Jl. Kyai Mojo dimana terdapat jalan keluar masuk menuju kantor dan perumahan semua pengendara dan pengemudi tak mau mengalah.

Di situ, suara bising klakson dan asap knalpot bercampur menjadi satu. berulang terus setiap hari.
Duh...

NB : (menurut UU no. 22/2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan: APILL adalah singkatan dari Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas

Sabtu, 18 November 2017

Dari Terasi ke Inspirasi


sumber : wordpress.com 

A: Sayang, Kamu selalu menjadi terasi hidup ku dech...
B: What?? Terasi?? Inspirasi kalee
A: Lho apalagi itu? Emang beda ya?
B: Gedubrak (lanjut kejang-kejang)

***
Dialog diatas bukan adegan sitkom, tapi pernah terjadi
Hmmm......

Seringkali kita kebalik-bolak dalam mengunakan kata lantaran kata itu (sedikit) mirip. Atau malah (sengaja) dimirip-miripin. Bukan untuk tujuan pelesetan. Maksudnya mau ngomong presensi (kehadiran) tapi yang keluar dari mulut absensi (tidak hadir). Mau ngomong tranfusi tapi yang keluar dari mulut justru transmigrasi. Paling parah ya dalam dialog terasi ≠ inspirasi tadi. Sebabnya mungkin karena jarang baca buku! Atau orang tersebut mengidap disleksia.

Ngomong-ngomong apa persamaan antara terasi dengan inspirasi? 

Kalau terasi meski pengunaannya relatif sedikit tapi memiliki fungsi penting karena rasa dan bau yang dibawanya. Dan sambal yang diberi terasi dengan takaran pas akan menambah sedap sambal tersebut. Selain itu meski baunya yang amis namun ternyata terasi memiliki kandungan protein yang tinggi karena bahannnya yang terbuat dari udang rebon.

sama halnya dengan inspirasi, meski terkadang hanya hal kecil tapi kalau bisa menyentuh hati akan mendorong seseorang untuk mengolahnya menjadi karya besar. Bahkan memiliki dampak yang luas. 
Contohnya tentang hukum hidrostatik  yang ditemukan Archimedes saat sedang berendam di bak air. 

Ada banyak lagi cerita tentang tokoh-tokoh besar yang karyanya terinspirasi dari hal sepele. Sebenarnya antara (ter)inspirasi dan (meng)inspirasi bedanya tipis, bahkan saling terkait. Contohnya gini: beberapa hari lalu saya diminta sharing di depan mahasiswa baru di jurusan ilmu komunikasi tentang pengelaman mengelola media. Karena jarak usia antara Gen Y (saya) dan Gen Z (audiens) cukup jauh maka saya mempersiapkan materi berupa isi dan bahasa yang bisa diterima anak-anak kekinian. Jadi saya mempelajari pola-pola psikologis Gen Z, salah satunya lebih senang menggunakan visual dan minim tulisan. Nah hal itu bisa dibilang bahwa saya terinspiasi.
Hari berikutnya, saat sharing, banyak anak-anak Gen Z yang bertanya tentang pengalaman dan suka duka mengelola media. Mereka juga meminta tips dalam mengelola media. Di akhir sharing mereka mengaku memiliki perpektif yang luas dan baru tentang media. Nah hal itu bisa dibilang cerita saya menginspirasi mereka. Jadi antara subjek yang terinspirasi dan subjek yang mengsinpirasi terjadi tarik menarik bahkan relasi kuasa. Penjelasannya, karena tentu saja tema acaranya “sharing praktisi” maka saya ditempatkan pada posisi berkuasa dalam wacana mengelola media daripada mahasiswa baru. Sebaliknya mahasiswa baru sebagai Gen Z berada pada posisi berkuasa atas diri saya karena secara konteks pembicaraan tentang mengelola new media  yang telah menjadi dunia mereka sehari-hari.

Pada situasi apa kita terinspirasi menurut saya karena terdesak oleh keadaan, baik sadar atau tidak sadar. Coba tanyakan pada diri kita, alasan mencari inspirasi dan mendapat inspirasi pasti saat kita dalam kondisi jenuh dan mencoba mengosongkan sebagian pikiran kita kan? Karena kalau dalam kondisi pikiran penuh pasti kita cenderung melupakan hal-hal disekitar kita yang berpotensi menjadi sumber isnpirasi.

sedangkan aktivitas menginspirasi biasanya bertujuan untuk menundukkan subjek lain agar bisa dikuasai dengan tujuan tertentu.  

tetapi mengapa inspirasi itu penting? karena baik  terinspirasi maupun menginspirasi akan mendorong seseorang untuk berpikir dan lebih jauh lagi akan bergerak. Dengan begitu ia akan megubah mindset. Ketika megubah maindset maka kita akan mengubah dunia. Inspirasi bisa saja berbuah perbuatan baik dan buruk dan terjadi dialektika didalamnya. 
Misal begini, di ruang kuliah 202 tidak ada tempat sampah. Hal itu menginspirasi saya  untuk membuang sampah sembarangan. Disisi lain tidak adanya tempat sampah menginspirasi teman yang lain untuk kemudian menegur dan menyediakan plastik kresek untuk digunakan oleh teman-teman yang lain saat berada di ruang 202. Dari sekedar obrolan akhirnya menjadi aksi. hasilnya, Kini satu tempat sampah (selalu) tersedia di depan ruang 202 sementara ruang 201 didepannya tidak ada. 

Pesan saya, jika kalian terinspirasi maupun meginspirasi semoga untuk kebaikan sesama. seperti halnya terasi yang bentuk dan baunya gak enak tapi  jika mengolahnya dengan benar akan membuat sambal jadi sedap.

 jadi laperrr minnnn.....  

Jumat, 17 November 2017

mawar ini untuk mu




sumber :tokopedia.com


Bunga mawar merah hati ini untuk mu
ku beli seharga lima ribu
dari seorang pemuda dengan lidah kelu
karena harapan dan cintanya yang tak bertemu

Ku berikan bunga mawar merah hati ini untuk mu
untuk kau selipkan disaku
mengingatku sampai ia menjadi  layu

***
eeaaaaaa.....
selamat malam minggu mincuuu

Manusia KBM






Ini dia pak yang pesen buku analisis wacana nya e******o? kata seorang perempuan yang menjadi sekretaris di prodi kampus kami.
Aku yang merasa menjadi subjek perbincangan mencoba merespon “lho emang kenapa dengan buku itu?” tanyaku.

Si dosen yang sedari tadi sibuk mengetik di laptop inventaris dengan tatapan sinis segra menjawab “ya terserah aja kalau mau dibaca. Resiko ditanggung sendiri kok”
“weh ada apa sih” tanyaku semakin penasaran. “Ini untuk bacaan”, kataku lagi.
Sebelum si dosen menjawab, aku segera memberi penegasan” Saya memang suka baca buku. Tapi saya bukan orang yang bisa langsung paham dengan isi bacaan. Apalagi kalau itu tentang pemikiran tokoh.  Maka dari itu saya biasanya membaca buku ulasan dari orang lain terlebih dahulu sebelum membaca buku utama”.

“lho semua buku memang ada untuk dibaca. Karena otak butuh nutrisi maka harus diberi bacaan yang bergizi. Tubuh aja perlu makanan yang bergizi kok”, ujarnya sambil mulutnya sedikit monyong.
….busyet nih orang, kenal juga baru di sini kok udah ngasih ceramah “sengak”. Sok-sok an banget sih nih orang “ kataku dalam hati.

Dosen itu tetap saja nyerocos tentang buku. Yang kalau aku tafsirkan ujung-ujungnya membicarakan buku karya e******o itu. Karena malas menanggapi aku pun langsung pamit sambil tetap membawa buku karya e******o. Sembari keluar ruangan, ku dengar si dosen mengumpat “ lagi diajak ngomong enggak sopan pergi begitu saja…”

Lha siapa yang ngajak ngomong elu pak??

***
NB: sampai hari ini saya masih membaca buku itu sambil terus mengingatkan diri sendiri :  jangan pernah mempercayai apa yang ditulis orang sampai kamu bisa menulisnya sendiri.

Mungkin pengalaman seperti itu pernah kalian temui, lebih sepesifik lagi di KBM?
Ya, kritik, nyindir, hingga nyinyir itu emang hal biasa di KBM. Bahkan bisa jadi kita menjadi bangga jika dikenal tukang kritik,nyindir dan nyinyir. Tidak masalah sih karena memang di KBM  (katanya) harus kritis. Masalahnya kapan sih sebaiknya 3 hal itu diterapkan dan kepada siapa? Kayaknya jarang kita saksikan ada orang yang mau mengkritik, menyindir dirinya sendiri. Atau jangan-jangan hobi mengkritik, nyindir, dan nyinyir (yang arti aslinya suka ngulang-ngulang perintah, cerewet)- tapi sering digunakan sewenang-wenang itu gejala mental kita yang sakit.  Apa tidak sebaiknya  kritik, menyindir, dan nyinyir juga ditujukan untuk diri kita sendiri?? dengan demikian kita bersikap adil pada diri kita dan orang lain.  


Kok malah ribet ya?? Ah dasar (aku) manusia KBM 

Rabu, 26 April 2017

Cihuyyy (akhirnya)

akhirnya jembatan jatimulyo baru jadi dibangun.
penantian bertahun-tahun terjawab sudah.
hari ini, 26 April 2017 mungkin harus diingat sebagi salah satu sejarah penting bagi masyarakat di Perum Jatimulyo Baru.
setelah konflik horisontal diantara sesama warga semoga semua berjalan normal kembali.
tapi tentu saja pembangunan jembatan masih harus berjalan sekitar 4-5 bulan lagi.
tapi tak apalah.
yang penting kami memiliki jembatan baru.

Sabtu, 15 April 2017

D' you cool enough?


I
15 Juli 2014
***

Tik.tok.tik.tok.....suara detik jam di ruang tunggu Kantor Imigrasi mengisi jeda diantara pembicaraan.
Suara  Mezzo Bass dari seorang pria terdengar memanggil nama. 

Di ruang interview :
Bikin passport untuk ke Jepang?
Iya

Pernah ke jepang sebelumnya?
Tidak

Punya saudara di Jepang?
Tidak

Punya pekerjaan di Jepang
Tidak

Terus ngapain di Jepang?
Cuma pengen  tau, katanya Jepang itu cool

***

II
19 Agustus 2014



???!


Jumat, 14 April 2017

Ibu di mana?




Aku masih terlelap ketika aku kehilangan orang yang paling aku kasihi, Ibu. Aku hanya punya Ibu setelah perang memisahkan Ayah dan Ibuku untuk selamanya. Ibu akan selalu memeluk ku, saat aku tidur. Sampai di hari itu. Tiba-tiba saja suara gemuruh datang. Ku rasakan tubuh yang memelukku seperti bergegas, namun langsung  terjatuh. Aku menangis, sementara Ibu terus mendekapku erat. Allahu Akbar!!... suaranya lirih terdengar di telingaku. Setelah itu semua menjadi gelap.

Mataku terbuka perlahan. Kurasakan sakit di kepalaku. Tangan kananku tak bisa bergerak. Perlahan kuamati sekelilingku. Sebuah selang kecil dan jarum tertancap di tanganku. Aku berada di sebuah ruang putih yang senyap. Terlihat beberapa wajah gugup memandangiku.seorang pria dengan jenggot putih memegang pipi ku. Ia tersenyum.

3 tahun berlalu. Ku isi hari-hariku di penampungan yang oleh orang-orang disebut pengungsian. Sosok ramah suster berjubah putih sedikit menghiburku. Setiap pagi Ia memandikanku, mengurus aku. Tapi saat aku melihat anak-anak sebayaku bergandengan tangan dengan ibunya, aku menjadi sangat sedih. Aku teringat pada Ibu. Ia selalu menemaniku sepanjang hari. Bila aku menangis ia akan menyesapkan putingnya ke bibirku yang kecil. Biasanya aku akan diam dan tertidur. Ketika  rindu tak tertahan lagi, aku hanya bisa mengambar sosok perempuan yang hangat seperti Ibuku. Ya, seperti Ibuku. Perempuan yang selalu ceria dengan tubuh sedikit gemuk, berambut panjang. Ia akan membelaiku hingga aku tertidur, dalam dekapnya.
Sekali lagi ku panjatkan doa untuk Ibu.


:Untuk anak pengungsi Syria yang harus kehilangan orang yang dicintai karena perang


Kamis, 13 April 2017

Ode to My Books







Pertama kali aku melihatmu aku langsung jatuh hati
Engkau tersembunyi diantara hasrat dan imaji
Sungguh ku tak pernah berharap
Menemukanmu diantara pongahnya dunia yang gemerlap

Deretan kata indah dari bibirmu selalu membuatku kagum
Bagaikan lebah yang tersengat harum
Meski kau coba menutupi kerut yang kian nyata
Tetap saja aku  terpesona

Kini aku tak ingin melepasmu
Apalagi melupakanmu
Ku kan selalu mencari waktu
Mencumbumu
BUKU KU