Selasa, 21 November 2017

Youtube: Teman ataukah Lawan Televisi??

sumber : creatoracademy.youtube.com

Ketika disodori tema tentang Youtube oleh mimincuu BBKU, saya jadi teringat percakapan saya dengan salah seorang mahasiswa tempo hari. Kira-kira begini obrolannya.

Mh      : Mas masa depan TV masih prospektif gak?
Me    : TV masih prospektif jika kita memandangnya dengan cara yang berbeda. TV jangan hanya dilihat sebagai “mesin kotak” yang menunggu ditonton.
Mh      : Maksudnya?
Me    : Era TV konvensional sudah lewat. Kalo mau tetap dapat penonton ya TV harus bisa kreatif menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Misalnya terkoneksi dengan smart phone. Karena masyarakat kita sekarang lebih familiar dengan hape daripada dengan kotak TV.
Mh      : Gak takut kalah saing sama Youtube?
Me    : Bagaimana kalau antara TV dan Youtube terintegrasi?? Semua akan ada eranya. Media dengan format audio-visual pasti tetap memiliki tempat di hati segmennya masing-masing.

Mohon maaf kalo jawaban saya rada sok tau. Tapi harus diakui, jumlah penonton TV sejak 3 tahun terakhir jauh menurun. Mengutip laman republika.co.id tanggal 13 Januari 2017 tentang nasib Televisi di era Internet, Survei yang dilakukan Nielsen Media Research di 11 kota di Indonesia akhir tahun 2016  menunjukkan penonton televisi tradisional mencapai puncaknya pada 2009-2010. Itulah kejayaan televisi konvensional sejak tahun 1949. Survey dilakukan Nielsen pada responden usia 18-34 tahun.
Dari hasil survey tersebut di antara responden usia 18 sampai 34 tahun, penggunaan smartphone, tablet, dan perangkat yang terhubung dengan TV seperti streaming atau game konsol meningkat lebih dari 25 persen. Sedangkan kegiatan menonton televisi turuun 10 persen.
Nielsen menyebut banyak orang yang kini menggantikan kebiasaan menonton televisi atau mendengarkan radio melalui perangkat konvensional dan berganti dengan penggunaan layanan streaming seperti Netflix, perangkat mobile, dan layanan web seperti YouTube.

Tapi apakah Youtube akan menggantikan televisi?
Cassey Neistat seorang Youtuber asal AS, dalam wawancara dengan Kompas Tekno awal Oktober lalu mengaku masih optimis dan merasa TV akan terus ada. Hanya saja, menurut Neistat, batas-batas antara TV dan YouTube akan semakin kabur. Tentu saja karena perubahan budaya di masyarakat seiring bergantinya generasi.

Ya begitulah, Youtube dengan tag line nya : Broadcast Yourself pada awalnya memang merupakan medium untuk sharing file. Karena mampu menayangkan file dalam format audio-visual, plus terdokumentasi baik, menjadikan Youtube booming. Beda sekali dengan televisi konvensional yang hanya sekali tayang langsung berlalu. Begitu diunggah di Youtube, kita masih bisa menikmati file tersebut berulang-ulang selama belum diblock/dihapus oleh admin Youtube. Inilah gejala awal yang membuat Youtube makin tenar. Karena itu banyak hasil rekaman televisi yang kemudian di unggah di Youtube.
Kini Youtube telah memiliki fasilitas channel yang memungkinkan Youtubers memiliki kanal siaran pribadi. Bahkan ada yang menggunakan Youtube untuk melakukan siaran live!, Persis seperti TV (yang selama ini kita kenal) kan? Makanya jangan heran kalau di Youtube ada banyak channel dengan embel-embel TV dibelakangnya. Salah duanya Kresna TV (ehemm) dan Inahealth TV. Yang terakhir ini TV seputar informasi kesehatan yang digarap oleh FK UGM.
 Ken Auletta dalam artikel berjudul : Outside the Box: The Future of Television (2014) menulis bahwa nasib industri televisi lebih baik dibandingkan dengan musik dan suratkabar. Dalam industri musik dan suratkabar, platform digital cenderung menghilangkan platform lama. Sementara dalam industri televisi, platform lama dan baru tidak saling meniadakan. Setidaknya belum.

Balik lagi apakah channel-channel TV yang ada sekarang akan bertahan? Sekali lagi jawabannya tergantung kreativitas pengelola TV itu sendiri sebagai penyedia content di Youtube. Jika mampu membuat content yang atraktif, memikat, dan berguna maka akan menarik penonton. Sebaliknya yang monoton akan ditinggalkan penonton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar