Sabtu, 18 November 2017

Dari Terasi ke Inspirasi


sumber : wordpress.com 

A: Sayang, Kamu selalu menjadi terasi hidup ku dech...
B: What?? Terasi?? Inspirasi kalee
A: Lho apalagi itu? Emang beda ya?
B: Gedubrak (lanjut kejang-kejang)

***
Dialog diatas bukan adegan sitkom, tapi pernah terjadi
Hmmm......

Seringkali kita kebalik-bolak dalam mengunakan kata lantaran kata itu (sedikit) mirip. Atau malah (sengaja) dimirip-miripin. Bukan untuk tujuan pelesetan. Maksudnya mau ngomong presensi (kehadiran) tapi yang keluar dari mulut absensi (tidak hadir). Mau ngomong tranfusi tapi yang keluar dari mulut justru transmigrasi. Paling parah ya dalam dialog terasi ≠ inspirasi tadi. Sebabnya mungkin karena jarang baca buku! Atau orang tersebut mengidap disleksia.

Ngomong-ngomong apa persamaan antara terasi dengan inspirasi? 

Kalau terasi meski pengunaannya relatif sedikit tapi memiliki fungsi penting karena rasa dan bau yang dibawanya. Dan sambal yang diberi terasi dengan takaran pas akan menambah sedap sambal tersebut. Selain itu meski baunya yang amis namun ternyata terasi memiliki kandungan protein yang tinggi karena bahannnya yang terbuat dari udang rebon.

sama halnya dengan inspirasi, meski terkadang hanya hal kecil tapi kalau bisa menyentuh hati akan mendorong seseorang untuk mengolahnya menjadi karya besar. Bahkan memiliki dampak yang luas. 
Contohnya tentang hukum hidrostatik  yang ditemukan Archimedes saat sedang berendam di bak air. 

Ada banyak lagi cerita tentang tokoh-tokoh besar yang karyanya terinspirasi dari hal sepele. Sebenarnya antara (ter)inspirasi dan (meng)inspirasi bedanya tipis, bahkan saling terkait. Contohnya gini: beberapa hari lalu saya diminta sharing di depan mahasiswa baru di jurusan ilmu komunikasi tentang pengelaman mengelola media. Karena jarak usia antara Gen Y (saya) dan Gen Z (audiens) cukup jauh maka saya mempersiapkan materi berupa isi dan bahasa yang bisa diterima anak-anak kekinian. Jadi saya mempelajari pola-pola psikologis Gen Z, salah satunya lebih senang menggunakan visual dan minim tulisan. Nah hal itu bisa dibilang bahwa saya terinspiasi.
Hari berikutnya, saat sharing, banyak anak-anak Gen Z yang bertanya tentang pengalaman dan suka duka mengelola media. Mereka juga meminta tips dalam mengelola media. Di akhir sharing mereka mengaku memiliki perpektif yang luas dan baru tentang media. Nah hal itu bisa dibilang cerita saya menginspirasi mereka. Jadi antara subjek yang terinspirasi dan subjek yang mengsinpirasi terjadi tarik menarik bahkan relasi kuasa. Penjelasannya, karena tentu saja tema acaranya “sharing praktisi” maka saya ditempatkan pada posisi berkuasa dalam wacana mengelola media daripada mahasiswa baru. Sebaliknya mahasiswa baru sebagai Gen Z berada pada posisi berkuasa atas diri saya karena secara konteks pembicaraan tentang mengelola new media  yang telah menjadi dunia mereka sehari-hari.

Pada situasi apa kita terinspirasi menurut saya karena terdesak oleh keadaan, baik sadar atau tidak sadar. Coba tanyakan pada diri kita, alasan mencari inspirasi dan mendapat inspirasi pasti saat kita dalam kondisi jenuh dan mencoba mengosongkan sebagian pikiran kita kan? Karena kalau dalam kondisi pikiran penuh pasti kita cenderung melupakan hal-hal disekitar kita yang berpotensi menjadi sumber isnpirasi.

sedangkan aktivitas menginspirasi biasanya bertujuan untuk menundukkan subjek lain agar bisa dikuasai dengan tujuan tertentu.  

tetapi mengapa inspirasi itu penting? karena baik  terinspirasi maupun menginspirasi akan mendorong seseorang untuk berpikir dan lebih jauh lagi akan bergerak. Dengan begitu ia akan megubah mindset. Ketika megubah maindset maka kita akan mengubah dunia. Inspirasi bisa saja berbuah perbuatan baik dan buruk dan terjadi dialektika didalamnya. 
Misal begini, di ruang kuliah 202 tidak ada tempat sampah. Hal itu menginspirasi saya  untuk membuang sampah sembarangan. Disisi lain tidak adanya tempat sampah menginspirasi teman yang lain untuk kemudian menegur dan menyediakan plastik kresek untuk digunakan oleh teman-teman yang lain saat berada di ruang 202. Dari sekedar obrolan akhirnya menjadi aksi. hasilnya, Kini satu tempat sampah (selalu) tersedia di depan ruang 202 sementara ruang 201 didepannya tidak ada. 

Pesan saya, jika kalian terinspirasi maupun meginspirasi semoga untuk kebaikan sesama. seperti halnya terasi yang bentuk dan baunya gak enak tapi  jika mengolahnya dengan benar akan membuat sambal jadi sedap.

 jadi laperrr minnnn.....  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar