Sabtu, 08 April 2017

lupakan libur. selow saja

Selamat berakhir pekan :-)
Pesan garing itu muncul di layar pesan WA saya pagi tadi. Akhir pekan memang identik dengan mengendurkan urat syaraf, dan apalagi kalau bukan menjalani ritual LIBUR. Libur adalah candu! Sekali kamu bersekongkol dengan pikiranmu untuk menerima libur sebagai kebutuhan, maka kamu selamanya akan terjebak pada rutinitas libur. Saat kamu sudah terperangkap, maka selamanya kamu akan diperbudak oleh aktivitas bernama liburan. Dan bila kamu menyadarinya, kekuatan besar dibalik ideologi liburan adalah jeratan kapitalisme yang membuatmu semakin tak berdaya. 

Dulu libur adalah kegiatan sederhana. Beristirahat setelah lelah menjalani rutinitas selama seminggu. Namun kini libur memiliki makna yanglebih luas, yakni bagaimana kamu menikmanti libur. Lebih jauh lagi libur bukan sekedar di rumah, namun dengan siapa kamu menghabiskan libur mu. Akhirnya libur pun tak cukup hanya sehari. Kita akan mencari-cari cara agar libur sebagai hak bisa bertambah, sementara kewajiban sebagai syarat utama sebelum menerima hak sebisa mungkin dikurangi. Libur pun menjadi makna jamak, berakhir pekan. Jumat, Sabtu dan Minggu. Disaat penanda di kalender menunjukkan hari kejepit (biasanya kamis hingga senin) maka kita akan mencari-cari alasan agar bisa menambah waktu libur. Kita pun meminta izin cuti, hingga beralasan sakit bila izin tidak didapat. Bahkan jika perlu nekad membolos. 

Apakah benar ada koherensi antara banyaknya hari libur dengan produktivitas, atau lebih jauh lagi libur dengan prestasi. Bisa jadi Ya, namun bisa juga Tidak. Inilah dilema manusia moderen. Manusia yang hidup di abad ini. Asumsinya dengan menjalani hidup di hari senin hingga kamis/jumat, maka tubuh perlu di re-charge agar bisa kembali fresh di awal minggu berikutnya. Begitu seterusnya. 

Ada ungkapan, libur hanya menjadi hal yang sia-sia jika dibiarkan berlalu tanpa makna. Bila demikian, makna libur menjadi lebih penting dari makna bekerja. Seorang motivator yang namanya mulai meredup pernah berkata” sebaik-baiknya libur, lebih baik libur yang tetap memberi manfaat” hemmmm...apa ini artinya demi mendapatkan manfaat libur kita harus “mencari-cari kegiatan lain” saat libur. Jika demikian, libur pada akhirnya bukanlah libur. Karena libur hanyalah mitos.

Kalau saya, mari lupakan libur. Selow saja, cukup.
Openspace

8 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar