(Jembatan Jatimulyo Baru)
perhatikan dengan teliti, dimanakah saya??☺☺☺
Pernah dengar Perumahan Jatimulyo
Baru??
Sayang sekali jika kalian belum
pernah melewati perumahan itu, atau sekedar pernah mendengarnya. Perumahan Jatimulyo Baru, masuk dalam wilayah Kelurahan
Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Kota Jogja. Perumahan ini terletak di pinggir Sungai
Winongo. Yang aneh jika biasanya kita melihat sungai mengalir dari utara
(Gunung Merapi) menuju Selatan (Bantul), Sungai Winongo yang melintasi
Jatimulyo Baru justru terlihat menuju utara. Ini terjadi karena sungai Winongo memiliki
alur yang berkelok-kelok. Dan tepat di Jatimulyo Baru, alur sungai membentang
dari selatan ke utara, sehingga yang terlihat Sungai Winongo ini justru menuju Gunung
Merapi (Utara).
Di atas sungai ini membentang
sebuah jembatan yang terbilang tua (berusia sekitar 34 tahun, mungkin lebih). Jembatan
ini memiliki panjang sekitar 12 meter, dan lebar 3 meter dengan pilar cukup
besar ditengah bawah jembatan. Menurut cerita tokoh masyarakat setempat,
jembatan yang disebut warga sebagai Jembatan Jatimulyo Baru (ada pula yang
menyebutnya Jambatan Karangrejo) ini dibuat oleh siswa SMK yang waktu itu
praktik kerja di BLPT tahun 1982. Sungguh luar biasa....anak SMK saja bisa
membuat konstruksi jembatan sekuat ini.
Namun beberapa tahun terakhir yang
selalu terdengar bukanlah cerita tentang kekuatan jembatan, melainkan masalah
yang ditimbulkan oleh jembatan Jatimulyo Baru. Pilar ditengah jembatan sering
menjadi penghalang Sampah-sampah yang terbawa arus sungai sehingga terkumpul di
tengah jembatan. Ketika sampah menumpuk ditengah jembatan, air sungai menjadi
terhalang sehingga air membludak dan membanjir rumah-rumah warga, termasuk
rumah saya. Tak hanya itu, seiring menuanya usia jembatan Jatimulyo Baru,
konstruksi jembatan semakin ringkih. Padahal jembatan ini dilalui oleh berbagai
macam kendaraan, mulai dari sepeda onthel sampai truk. Terakhir jembatan ini
dilalui oleh mobil pemadam kebakaran, saat salah satu rumah warga di Perum
Jatimulyo Baru terbakar akibat korsleting listrik.
Belum lama ini ada survey yang
dilakukkan oleh tim sekolah vokasi UGM terhadap kelaikan jembatan Jatimulyo
Baru. Hasilnya jembatan Jatimulyo Baru harus ditutup karena berpotensi runtuh. Karena
tak mau mengambil resiko, perangkat kecamatan langsung menutup jembatan dengan
memasang bus beton ditengah jembatan. Namun disitulah muncul masalah.
Penutupan jembatan dianggap
menghalangi akses transportasi warga, bahkan dapat mengganggu perekonomian. Hal
ini terjadi karena warga Perum Jatimulyo Baru kebanyak membeli barang –barnag kebutuhan
sehari-hari di warung kelontong yang ada
di seberang jembatan Jatimulyo Baru. Beberapa kali bus beton yangterpasang di
tengah jembatan tiba-tioba berpindah tempat. Di waktu siang bus benton
terpasang ditengah jembatan, namun keesokan paginya bus beton sudah berada
dipinggir jalan. Hal itu terjadi beberap kali, sehingga Ketua RW setempat
sampai menyemen bus beton agar tidak dipindah orang. Namun rupanya ada saja
ulah orang-orang yang tidak puas dnegan penutupan jembatan. Mereka mencari cara
agar bus beton dipindahkan agar jembatan bisa tetap dilalui. Hal ini sampai
berakibat pada terjadinya konflik horisontal antar warga yang menyetujui
penutupan jembatan dnegan warga yang menolak penutupan jembatan. Warga yang
menolak jembatan ditutup meminta agar jembatan tetap dibuka sampai ada
kepastian jembatan akan dibangun oleh Pemkot Yogyakarta (sampai saat ini
kepastian tersebut tidak jelas). Sementara warga yang menyetujui jembatan
ditutup kebanyakan hanya pasrah, menerima saja bahwa kondisi jembatan Jatimulyo
Baru sudah tidak laik sehingga dapat tiba-tiba saja runtuh.
Kita lupakan konflik antar warga
Perum Jatimulyo Baru. Cerita unik terkait jembatan Jatimulyo Baru justru
berasal dari masyarakat diseberang jembatan, yakni kampung Kricak. Bagi warga
di kampung kricak yang kebanyakan merupakan warga kurang mampu jembatan adalah
media komunikasi. Disaat warga yang tergolong mampu bisa mendirikan kamar mandi
dan WC di rumah, warga tidak mampu melakukan kegiatan MCK justru disungai Winongo
ini. Dan tempat favorit BAB mereka adalah dibawah jembatan. Beberap kali saya
mengamati orang yang sama selalu menuju bawah jembatan diwaktu yang setiap
harinya. Saya pernah iseng menengok kebawah jembatan, ternyata ada 2-3 orang
yang BAB bersamaan, berdekatan. Mereka justru tidak ada rasa canggung. Dan ketika BAB
bersama itu mengalirlah segala informasi, mulai dari gosip sampai berita
terbaru yang terjadi di lingkungan mereka. Konon dibawah jembatan itu pula anak-anak
muda Kampung Kricak berpesta miras hingga melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya. Untuk yang terakhir ini seorang teman pernah memergoki. Maklum kondisi
dibawah jembatan gelap dan tertutup rumput yang tinggi.
Saya pernah diajak musyawarah
tentang rencana pembangunan jembatan
baru Jatimulyo Baru ini. Jembatan baru akan dibuat dengan panjang sekitar 15
meter dan lebar 4 meter, sedangkan pilar dibawah jembatan akan dihilangkan. Selain itu
kiri dan kanan jembatan juga akan dibersihkan. Artinya akan dilakukan
normalisasi dan pembersihan lumpur, batu, dan rumput yang menutupi bawah
jembatan hingga radius 10 meter dari jembatan. Pembangunan jembatan baru sendiri rencananya akan dimulai pertengahan tahun 2017 ini dengan lama
pengerjaan sekitar 5 bulan.
Yang membuat saya risau, lalu dimana mereka yang terbiasa
“nongkrong” dibawah jembatan harus mengungsi selama proses pembangunan
jembatan?. Dimana pula anak-anak muda hendak berpesta miras dan menyalurkan
libido seksualnya tanpa gangguan? Akankah komunikasi yang telah terbangun akan menjadi terganggu??
Mungkin saya perlu bantuan seorang
profesor di kampus saya mencari jawaban atas pertanyaan ini: ADA MASALAH??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar