Selasa, 11 April 2017

Jembatan Jatimulyo Baru

(Jembatan Jatimulyo Baru)
perhatikan dengan teliti, dimanakah saya??☺☺☺


Pernah dengar Perumahan Jatimulyo Baru??
Sayang sekali jika kalian belum pernah melewati perumahan itu, atau sekedar pernah mendengarnya. Perumahan  Jatimulyo Baru, masuk dalam wilayah Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Kota Jogja.  Perumahan ini terletak di pinggir Sungai Winongo. Yang aneh jika biasanya kita melihat sungai mengalir dari utara (Gunung Merapi) menuju Selatan (Bantul), Sungai Winongo yang melintasi Jatimulyo Baru justru terlihat menuju utara. Ini terjadi karena sungai Winongo memiliki alur yang berkelok-kelok. Dan tepat di Jatimulyo Baru, alur sungai membentang dari selatan ke utara, sehingga yang terlihat Sungai Winongo ini justru menuju Gunung Merapi (Utara).

Di atas sungai ini membentang sebuah jembatan yang terbilang tua (berusia sekitar 34 tahun, mungkin lebih). Jembatan ini memiliki panjang sekitar 12 meter, dan lebar 3 meter dengan pilar cukup besar ditengah bawah jembatan. Menurut cerita tokoh masyarakat setempat, jembatan yang disebut warga sebagai Jembatan Jatimulyo Baru (ada pula yang menyebutnya Jambatan Karangrejo) ini dibuat oleh siswa SMK yang waktu itu praktik kerja di BLPT tahun 1982. Sungguh luar biasa....anak SMK saja bisa membuat konstruksi jembatan sekuat ini. 

Namun beberapa tahun terakhir yang selalu terdengar bukanlah cerita tentang kekuatan jembatan, melainkan masalah yang ditimbulkan oleh jembatan Jatimulyo Baru. Pilar ditengah jembatan sering menjadi penghalang Sampah-sampah yang terbawa arus sungai sehingga terkumpul di tengah jembatan. Ketika sampah menumpuk ditengah jembatan, air sungai menjadi terhalang sehingga air membludak dan membanjir rumah-rumah warga, termasuk rumah saya. Tak hanya itu, seiring menuanya usia jembatan Jatimulyo Baru, konstruksi jembatan semakin ringkih. Padahal jembatan ini dilalui oleh berbagai macam kendaraan, mulai dari sepeda onthel sampai truk. Terakhir jembatan ini dilalui oleh mobil pemadam kebakaran, saat salah satu rumah warga di Perum Jatimulyo Baru terbakar akibat korsleting listrik.

Belum lama ini ada survey yang dilakukkan oleh tim sekolah vokasi UGM terhadap kelaikan jembatan Jatimulyo Baru. Hasilnya jembatan Jatimulyo Baru harus ditutup karena berpotensi runtuh. Karena tak mau mengambil resiko, perangkat kecamatan langsung menutup jembatan dengan memasang bus beton ditengah jembatan. Namun disitulah muncul masalah.

Penutupan jembatan dianggap menghalangi akses transportasi warga, bahkan dapat mengganggu perekonomian. Hal ini terjadi karena warga Perum Jatimulyo Baru kebanyak membeli barang –barnag kebutuhan sehari-hari di warung  kelontong yang ada di seberang jembatan Jatimulyo Baru. Beberapa kali bus beton yangterpasang di tengah jembatan tiba-tioba berpindah tempat. Di waktu siang bus benton terpasang ditengah jembatan, namun keesokan paginya bus beton sudah berada dipinggir jalan. Hal itu terjadi beberap kali, sehingga Ketua RW setempat sampai menyemen bus beton agar tidak dipindah orang. Namun rupanya ada saja ulah orang-orang yang tidak puas dnegan penutupan jembatan. Mereka mencari cara agar bus beton dipindahkan agar jembatan bisa tetap dilalui. Hal ini sampai berakibat pada terjadinya konflik horisontal antar warga yang menyetujui penutupan jembatan dnegan warga yang menolak penutupan jembatan. Warga yang menolak jembatan ditutup meminta agar jembatan tetap dibuka sampai ada kepastian jembatan akan dibangun oleh Pemkot Yogyakarta (sampai saat ini kepastian tersebut tidak jelas). Sementara warga yang menyetujui jembatan ditutup kebanyakan hanya pasrah, menerima saja bahwa kondisi jembatan Jatimulyo Baru sudah tidak laik sehingga dapat tiba-tiba saja runtuh.

Kita lupakan konflik antar warga Perum Jatimulyo Baru. Cerita unik terkait jembatan Jatimulyo Baru justru berasal dari masyarakat diseberang jembatan, yakni kampung Kricak. Bagi warga di kampung kricak yang kebanyakan merupakan warga kurang mampu jembatan adalah media komunikasi. Disaat warga yang tergolong mampu bisa mendirikan kamar mandi dan WC di rumah, warga tidak mampu melakukan kegiatan MCK justru disungai Winongo ini. Dan tempat favorit BAB mereka adalah dibawah jembatan. Beberap kali saya mengamati orang yang sama selalu menuju bawah jembatan diwaktu yang setiap harinya. Saya pernah iseng menengok kebawah jembatan, ternyata ada 2-3 orang yang BAB bersamaan, berdekatan. Mereka  justru tidak ada rasa canggung. Dan ketika BAB bersama itu mengalirlah segala informasi, mulai dari gosip sampai berita terbaru yang terjadi di lingkungan mereka. Konon dibawah jembatan itu pula anak-anak muda Kampung Kricak berpesta miras hingga melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Untuk yang terakhir ini seorang teman pernah memergoki. Maklum kondisi dibawah jembatan gelap dan tertutup rumput yang tinggi.  

Saya pernah diajak musyawarah tentang rencana pembangunan  jembatan baru Jatimulyo Baru ini. Jembatan baru akan dibuat dengan panjang sekitar 15 meter dan lebar 4 meter, sedangkan pilar dibawah jembatan akan dihilangkan. Selain itu kiri dan kanan jembatan juga akan dibersihkan. Artinya akan dilakukan normalisasi dan pembersihan lumpur, batu, dan rumput yang menutupi bawah jembatan hingga radius 10 meter dari jembatan. Pembangunan jembatan baru sendiri rencananya akan dimulai pertengahan tahun 2017 ini dengan lama pengerjaan sekitar 5 bulan. 

Yang membuat saya risau, lalu dimana mereka yang terbiasa “nongkrong” dibawah jembatan harus mengungsi selama proses pembangunan jembatan?. Dimana pula anak-anak muda hendak berpesta miras dan menyalurkan libido seksualnya tanpa gangguan? Akankah komunikasi yang telah terbangun akan  menjadi terganggu??
Mungkin saya perlu bantuan seorang profesor di kampus saya mencari jawaban atas pertanyaan ini: ADA MASALAH??  
  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar